Sabtu, 08 Maret 2008
Bedanya kamu dengan Albert Einstein cuman dikit..!
“tahukah anda …. Otak anda mempunyai potensi yang sama dengan otak Albert Einstein” (Bobbi De Porter)
“Masa sih aku dibandingin sama Einstein, ya… jelas jauh lah. Dia itu kan orang yang rajin belajar , terus selalu ranking dikelasnya, terus dia kaya. Nah aku? Tiap hari aku selalu kesiangan soalnya bantu-bantu orang tua dulu, ngebantu nyari uang”
Salah besar kalau kamu beranggapan demikian. Kata siapa Einstein anak yang rajin belajar? Kata siapa ia selalu ranking di kelasnya? Kata siapa dia anak orang kaya? Ia tuh termasuk anak yang paling malas belajar, lebih banyak melamun dari pada memperhatikan. Ia pun tergolong anak yang miskin dan tidak punya pertasi kaya diatas tadi bahkan Einstein pernah di DO (droup out) dari sekolahnya karena keanehannya ini dikhawatirkan akan menular kepada teman-temannya yang lain. Einstein selalu disisihkan dari komunitasnya. Baginya imajinasi lebih berharga dari pada pikiran. Banyak yang tidak dapat dilakukan oleh pikiran, tapi dengan mudah imajinasi bisa melakukannya.
Nah, kamu yang disekolah selalu dapet nilai kecil, jangan putus asa. Kamu pasti mempunyai keunggulan yang mungkin kamu belum sadari.jangan malu untuk tampil beda. Hanya saja kamu belum mengoptimalkan kemampuan yang selama ini tertidur dalam diri kamu.
Dalam buku Quantum learning ada sebuah tulisan yang berbunyi “Otak anda berpotensi yang sama dengan otak Einstein”
Bila kita bandingkan antara otak kita dengan otak Einstein, otak Einstein berkembang 10% lebih baik dari otak biasa. Perkembangan ini terjadi pada bagian otak matematis dan verbal yang merupakan parameter IQ. Sementara otak matematis dan verbal adalah bagian kecil dari keseluruhan otak manusia sekitar 20%. Jadi otak Einstein berkembang lebih baik kira-kira 2% dari otak orang biasa.
Dari perhitungan sederhana di atas, kita boleh optimis bahwa pendidikan dapat melahirkan orang-orang besar seperti Einstein, ibnu khaldun, atau aristoteles. Pendidikan ‘hanya’ bertanggung jawab mengembangkan otak manusia sebesar 2%.
Kita ambil contoh saja., pada sebuah mimbar akademik, saya mengemukakan sebuah teori yang saya buat sendiri. Setelah lama berdebat, akhirnya saya berhasil meyakinkan teori baru saya itu. Lalu dosen saya berkata, “bedanya kamu sama ilmuan itu sedikit yaitu mereka lebih dulu dari kamu, seandainya kamu lebih berani mengemukakan teori kamu maka kamu akan menjadi seorang ilmuan.” Jadi kuncinya mudah saja, berani. Orang sukses juga sama persis dengan yang kamu miliki. Tapi mereka lebih sadar dan berani daripada kamu dalam memanfaatkannya, sehingga mereka dapat title orang-orang yang sukses.
Untuk lebih cerdas dan berani kita dapat mengoptimalkan belahan otak kiri dan otak kanan kita. Kita tentu mengenal Bpk. BJ. Habibie, beliau dikenal sebagai orang jenius di Indonesia. Beliau mampu menciptakan pesawat yang terbuat dari logam berat, namun mampu terbang seperti burung. Beliau termasuk orang yang mengoptimalkan fungsi dari kedua belah otaknya. Kebanyakan kita lebih cenderung menggunakan otak kiri kita dalam belajar. Saat belajar disekolah misalnya, kita biasa dituntut untuk berpikir urut dan logis saja. Kita perlu menggunakan setengahnya lagi kemampuan otak kita, yaitu otak kanan. Otak kanan sangat membantu kita dalam proses menghafal cepat, membaca cepat dan berpikir kreatif. Kita memang membutuhkan keberanian untuk mencoba menggunakan otak kanan yang berpikir secara acak, menyuluruh dan kreatif itu.
Untuk mengasah kamampuan kedua belah otak, kamu bisa mencoba tes sebagai berikut:
“Ambil dua buah lidi. Masing-masing lidi kamu peganng dengan tangan kanan dan satunya lagi dengan tangan kiri. Tangan kanan kamu membuat sebuah lingkaran, sedangkan tangan kiri membuat sebuah persegi empat. Kamu bisa melihat hasilnya seperti apa kedua gambar yang telah kamu buat. Ketika kamu berkonsentrasi kepada tangan kanan, maka tangan kiri akan mengikuti menggambar berbentuk bulat, padahal tugas tangan kiri adalah membuat persegi empat. Begitupula sebaliknya. Jika gambar kamu masih belum sempurna, berarti kamu belum bisa mengoptimalkan kedua belahan otak kamu secara bersamaan. Kamu bisa terus mengasah otak kamu agar bisa lebih optimal, tapi hasil dari gambar kamu dengan cara menggambar di atas akan berbeda jika kamu melakukannya satu persatu. Iya kan?”
Dikutip dari judul buku “Mumpung Kita Masih Muda”
Penulis: Nana Wijana El-Fareiz
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Salam... saya Nana Wijana El-Fariez...
Terima kasih ya kamu sudah memuat tulisan dari buku saya, mudah2an menjadi ilmu yang bermanfaat.
Kalau berminat mengenal saya lebih jauh silakan buka: http://www.facebook.com/home.php#!/nana.w.elfariez
iya sama"..... link facebook nya ko tdk bisa dibuka ya????
Posting Komentar